Senin, 05 Maret 2012

Transportasi Gas Bumi di Indonesia


Gas bumi merupakan pilihan tepat untuk memenuhi kebutuhan energi di pulau Jawa, karena ketersediaanya yang cukup besar di pulau-pulau lain di Indonesia serta nilai ekonominya yang tinggi untuk menggantikan BBM yang kini dipakai berlebihan dengan subsidi pemakaiannya yang memberatkan APBN.  Gas  bumi adalah bahan bakar (fuel) bersih, berkalori tinggi, pembakarannya efisien, cadangannya di Indonesia besar dan harganya murah. Jawa, pulau yang mengkonsumsi sekitar 70 persen dari konsumsi energi di Indonesia, harus menyehatkan struktur konsumsi energinya dari ketergantungan berlebihan pada BBM dengan memperbesar pemakaian gas bumi sebagai  alternatif pertama dan utama. 

Seperti halnya minyak bumi, setelah kegiatan produksi di sisi hulu, industri hilir gas bumi diawali dengan kegiatan pengilangan gas, yang memproduksi LNG dan LPG. Di samping itu, terdapat pula kegiatan pemurnian gas di sisi hulu,  yang hasilnya kemudian -tanpa melalui kilang- disalurkan langsung melalui jalur pipa (pipeline) transmisi/distribusi gas bumi untuk diteruskan ke konsumen. Sebelum gas ditransportasikan, gas bisa melalui proses pencairan terlebih dahulu, isa juga tidak. Produk kilang gas berupa LNG ditransportasikan dengan tanker LNG ke tujuan pengiriman yang biasanya terletak pada jarak yang sangat jauh dari lokasi kilang gas.  Sebagai contoh, produk LNG dari kilang-kilang di Bontang (Kalimantan Timur) dan Arun (Aceh) dikirimkan ke wilayah ekspor mereka di Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.  LPG, yang dihasilkan dari kilang gas yang juga menghasilkan LNG dapat dikirimkan melalui kapal/kendaraan darat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri atau diekspor.  LPG dapat pula dihasilkan dari kilang khusus LPG atau merupakan bagian dari kilang  yang mengolah minyak mentah menjadi produk-produk minyak (terutama bahan bakar minyak).

Secara umum, transportasi gas bumi membutuhkan biaya dan persyaratan teknis yang lebih tinggi dibandingkan transportasi minyak mentah, produk-produk minyak (oil products) maupun batubara. Hal ini karena karakteristik alamiah gas bumi itu sendiri, yang amat sulit ditransportasikan apabila masih berada dalam fase gas. Untuk mempermudah transportasinya,  gas perlu dikompresikan atau didinginkan terlebih dahulu sehingga densitas energinya menjadi lebih besar dan lebih mudah dikirimkan. Transportasi gas bumi pada sistem jaringan transmisi dan distribusi gas bumi yang telah dibangun dapat dilakukan melalui jalur pipa gas, kapal LNG, kapal LPG, truk tangki, serta melalui depot penyimpanan dan stasiun penjualan. Salah satu hambatan dalam rantai penyaluran gas alam di Indonesia adalah karena kita belum memiliki fasilitas penyimpanan gas yang memadai.

Secara umum, tantangan dalam penyediaan gas alam di Indonesia adalah
  1.   Sumber gas yang jauh
  2.   Infrastruktur yang minim
  3.   Margin penjualan yang rendah
  4.   Permintaan yang semakin meningkat
  5.   Daya beli masyarakat yang kurang

Permintaan gas bumi yang sedemikian tinggi di Jawa tak dapat dipenuhi dengan mengandalkan sumber-sumber gas bumi yang ada di Jawa sendiri.  Reserves (cadangan) gas bumi yang ditemukan di Jawa tidak cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan Jawa yang demikian besar, sementara kemampuan produksi dari lapangan-lapangan gas yang ada pun sudah menurun.  

Sebenarnya Jawa memiliki sejumlah lapangan gas bumi, yang sebagian besarnya terletak di kawasan lepas pantai (off-shore) di Jawa Barat dan Jawa Timur.  Di antara lapangan yang sudah dieksploitasi adalah Kangean, Brantas, Madura Barat serta lapangan BP di Jawa Barat, sementara yang diperkirakan memiliki sejumlah cadangan yang dapat diproduksi di masa datang adalah lapangan di Blok Cepu.  Bagaimanapun, cadangan gas bumi di Jawa, yang diperkirakan sebesar 9,7 TCF (Januari 2004) tidak akan cukup untuk memenuhi permintaan gas bumi yang meningkat pesat di Jawa nanti. Cadangan yang ada sekarang dapat digunakan untuk memperkenalkan gas bumi untuk berbagai pemakaian di masyarakat.

Total permintaan gas bumi di Jawa selama tahun 2005-2025 akan berkisar antara 21,5 – 27,3 TCF, sesuai skenario tingkat permintaan rendah dan tinggi. Jumlah cadangan diperkirakan akan berada pada kisaran 8,2 – 12,0 TCF. Konsekuensinya, Jawa akan mengalami defisit gas bumi antara 1.000 sampai 2.000 BCF/Y (milyar kaki kubik per tahun) atau sekitar 2.700 – 5.4000 MMCFD dalam kurun 2005 – 2025. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar