Baru-baru
ini kita mendengar ada perwakilan-perwakilan mahasiswa beberapa universitas di
Bandung yang melakukan unjuk rasa di depan gerbang ganesha. Unjuk rasa ini
diadakan untuk menanggapi meninggalnya Sondang Simanjuntak, mahasiswa
Universitas Bung Karno yang melakukan aksi bakar diri. Tuntutan dari unjuk rasa
ini kurang lebih adalah supaya mahasiswa ITB ikut turun ke jalan untuk berunjuk
rasa melanjutkan perjuangan Sondang.
Secara
pribadi, menurut saya inisiatif mahasiswa di Indonesia untuk melakukan kontrol
sosial terhadap pemerintah sudah sangat baik. Hanya saja caranya kurang tepat.
Aksi-aksi yang ada saat ini adalah hasil dari kajian singkat akan suatu output
sehingga ditarik kesimpulan bahwa input yang baru sangat diperlukan. Ada suatu
hal yang dilewatkan disini, yaitu proses. Dalam ilmu engineering, ada urutan
INPUT-PROSES-OUTPUT yang tidak bisa dilewatkan salah satu tahapannya. Kajian
terhadap proses sering dilewatkan oleh mahasiswa, apalagi dengan adanya media
yang memihak dan cenderung menutup-nutupi proses dari suatu kejanggalan.
Saya
salut dengan pemimpin KM ITB, Tizar Bijaksana yang menyatakan sikap tegas untuk
tidak mendukung aksi ini dan menekankan kepada budaya diskusi sebelum mengambil
keputusan. Sikap tegas dan visioner seperti inilah yang belum tumbuh secara
merata di Indonesia. Kualitas-kualitas pemimpin seperti ini sangat diperlukan
dan harus diturunkan kepada mahasiswa yang lain.
Gambar
diatas menunjukkan bagaimana seorang pemimpin yang baik dapat memberi perubahan
secara efektif. Bisa kita simpulkan bahwa hampir semua mahasiswa masih berada
pada fase dependence. Seseorang harus mencapai private victory dulu sebelum
mencapai public victory. Ironisnya, beberapa mahasiswa ingin melewatkan tahap
tersebut, misalnya dengan berdemo tanpa tuntutan yang jelas.
Yang
ingin saya sorot disini adalah budaya membaca dan mengkaji masyarakat Indonesia
yang masih kurang. Seperti yang diungkapkan olah Pak Moko Darjatmoko, keahlian
story telling disini menjadi penting. Story telling yang saya maksud adalah
dalam hal bagaimana kita menurunkan suatu visi atau pandangan yang baik. Tetapi
yang terjadi di kalangan mahasiswa saat ini adalah penurunan nilai-nilai yang
salah diartikan sehingga menjadi salah.
Oleh
karena itu kita harus mengubah cara pandang kita terhadap suatu permasalahan.
Menjadi solusi, bukan penuntut solusi. Untuk mencapai solusi itu kita butuh
pemimpin yang hebat. Melatih kepemimpinan adalah sesuatu yang membutuhkan
proses. Karena itu kita harus bahu-membahu meneruskan semangat perjuangan dengan
tepat sehingga tidak terjadi lagi pengambilan langkah perjuangan yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar